Lemah gemulai sang penari jaipong....., tak ketinggalan goyang pinggul dan pundak yg membuat suasana jadi segar. Tua muda terpesona mengikuti gerakan sang penari. Wajah nan cantik menambah suasana menjadi hangat, ditambah riasan mempesona bergaun kebaya khas mojang priangan.
Itulah gambaran sekilas dari penari jaipong yang menjadi aset budaya tanah Pasundan. Sudah lama kita bangga akan tarian budaya ini, bahkan sudah pula berulang kali kita memperkenalkan tarian ini ke manca negara sebagai salah satu tarian yang menggambarkan kekayaan seni budaya Indonesia yang berasal dari tanah Pasundan.
Mungkin bagi sebagian orang, tarian ini penuh dengan pesona untuk membangkitkan gairah dan hasrat pria dengan fantasi-fantasi liarnya............
Tapi bagi sebagian orang pula, tarian ini adalah tarian ceremony dalam suatu acara adat budaya sunda dan sebagai penyemarak suasana serta menggambarkan betapa geulisnya wanita-wanita tanah pasundan.
Tak disangkal, kaum adam akan terpaku dengan kecantikan mempesona kamu hawa tanah pasundan...,tinggal bagaimana otak kita mengkonsepnya untuk menjadi pilihan yang baik atau yang buruk.
Sejak jaman dahulu, manusia di nusantara sudah sangat berbudaya luhur, dimana kita dapat melihatnya dari bagaimana sopan santun serta tata krama kita yang halus terhadap sesama serta penghargaan yang sangat tinggi dan sejajar antar pria dan wanita tanpa saling mengkotak-kotakkan area. Semua ini dapat dilihat dari adanya pemimpin kerajaan wanita atau lebih umum disebut Ratu serta banyaknya pemimpin perang wanita dalam masa penjajahan yang kita semua sudah tau siapa-siapakah mereka itu.
Bahkan di tanah jawa, gelar kebangsawanan tidak hanya bisa diturunkan dari kaum adam, tapi kaum hawa dapat menurunkannya kepada anak-anaknya, meskipun suami mereka bukan keturunan bangsawan.
Sebagai contoh, di tanah jawa biarpun wanita, bila dia bangsawan dan bergelar Raden Ayu sedangkan suaminya bukan bangsawan, maka anak-anak mereka tetap bisa dan berhak memakai gelar Raden atau Raden Roro.
Sejenak Saya terhenyak dengan adanya berita di salah satu stasiun televisi yang memberitahan bahwa Gubernur Jawa Barat menyarankan supaya tari Jaipong lebih sopan dan berbusana tertutup serta mengurangi gerakan erotis..
Mungkin sebagai orang awam saya menggambarkan bahwa adanya pelarangan atau pengkebiran terhadap tarian jaipong itu oleh orang nomor satu di Jawa Barat sebagai akibat dari dangkalnya akal budi dan pikiran sang Gubernur....,tetapi dilain pihak mungkin maksud sang Gubernur supaya tari jaipong sebagai salah satu aset budaya yang perlu dipertahankan dan dilestarikan tidak disalah gunakan dalam ajang prostitusi atau apapun yang berhubungan dengan kemaksiatan.
Kalau Maksud sang Gubernur adalah yang terakhir, sudah seharusnya kita memberi acungan jempol dan mendukungnya serta kita berharap dia bisa memimpin tanah Pasundan dalam beberapa periode mendatang.
Tapi kalau maksud dan tujuannya seperti yang pertama.....yah sudah selayaknya kita berduka cita serta mengucapkan selamat tinggal terhadap budaya kita yang luhur untuk kemudian kita terpaksa bersalin diri dengan budaya lain yang sangat jauh dari tata krama serta kesopanan timur dan mungkin juga berganti menjadi budaya barbar yang dilegalkan menjadi sebuah budaya luhur.
Alangkah ruginya hidup kita kalau begini jadinya, ibarat bersekolah, sudah seharusnya kita menginjak jenjang perguruan tinggi tetapi dengan sekonyong-konyong dipaksa harus bersekolah lagi di sekolah dasar.
Saya sangat berharap dari beberapa paparan ini, sebagai orang timur kita semua dapat lebih introspeksi diri tentang siapa kita dengan segala budaya luhurnya, daripada hanya mengagung-agungkan budaya lain yang jauh dari kata berbudaya.
Saya harap pula Bapak Gubernur Jawa Barat juga sudah dan telah menjadi orang timur yang sebenar-benarnya dengan segala kebijaksanaan dan keluhuran akal budinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar