Kota Jombang di Jawa Timur memang sedang populer dengan berbagai berita menghebohkan, secara aku pernah hidup di kota itu dari taman kanak-kanak sampai SMA walaupun waktu itu kota ini tidak semeriah dan sesemarak seperti sekarang, tapi tetap kota ini dari dulu disebut kota santri karena banyaknya pondok pesantren yang sangat terkenal di seantero Indonesia ini, dan tidak main-main, disana pula disemayamkan jasad para ulama-ulama besar salah satunya seperti KH Hasyim Asyari.
Berita heboh yang masih hangat akhir-akhir ini adalah tentang PONARI, yang kata orang dukun tiban (orang pintar mendadak, pintar disini bukan pintar yg dikonotasikan ilmu pengetahuan). Secara anak ini masih sangat kecil yang bahkan baru duduk di bangku Sekolah Dasar, yang mendapat batu secara ajaib dan diyakini batu itu bisa sebagai perantara penyembuhan dari berbagai macam persoalan terutama tentang masalah-masalah penyakit. Sehingga berbondong-bondonganlah orang-orang dari berbagai penjuru kota mendatangi PONARI untuk meminta obat penyembuhan yang ternyata jumlahnya…….masya ampun….ribuan man!!!……..ribuan..gila gak??
Surprise..??, ,menganggap tolol..??, memaklumi..?? atau apakah yang ada di benak kita tentang peristiwa tersebut diatas ?
Kalau aku ditanya tentang ini, aku akan menjawab “biasa aja tuh seperti itu”.
Siapa yang kebakaran jenggot dengan kejadian ini? Ya tentu saja para agamawan dan ulama dari berbagai macam agama legal formal yang ada di negeri ini.
Bahkan Menteri agama negeri ini mulai melarang aktifitas pengobatan ini karena dikhawatirkan terjadi kemusyrikan demikian pula MUI setempat juga mengharamkannya.
Apakah ini pertanda bahwa masyarakat sudah mulai bertindak musyrik (menyekutukan Tuhan) ? Atau pertanda kegagalan iman spiritual masyarakat sedang terjadi ?
Oopss,,,. Wait…,tunggu dulu, mungkin beberapa uraian saya ada yang bisa dipakai sebagai pertimbangan.
Kita semua mungkin tahu bahwa sebagian besar orang yg datang berobat ke PONARI tidak menganggap batu maupun PONARInya sendiri sebagai TUHAN, mereka cuman menganggap PONARI sebagai perantara dari Tuhan.
Kurasa rasa yakin dan mantap terhadap Tuhanlah yang perlu dibangun oleh para agamawan/ulama2 agama legal formal supaya masyarakat dapat selalu yakin terhadap Tuhan dimanapun berada tanpa harus masyarakat merasa yakin pada Tuhan setelah berkunjung ke PONARI.
Kegagalan membangun keyakinan itulah sebenarnya kegagalan para agamawan dan ulamawan2 agama2 formal ini, dan seharusnya itu semua bisa membuat mereka malu.
Tapi jangan khawatir, tidak semua pasien yang berkunjung ke PONARI bisa sembuh karena tidak semua juga yakin bahwa dengan datang ke PONARI akan bisa sembuh, nah…kalau begitu mereka percuma datang jauh-jauh dari kampung halamannya dan yang mereka dapat cuma rasa capek mengantri,
Keyakinan terhadap Tuhan harus utuh dan tanpa ada setitikpun keraguan baru semua mukjijat pengobatan melalui perantaraan PONARI bisa terwujud.
Saya sendiri tidak tertarik untuk datang dan ikut mengantri pengobatan ke PONARI, dengan pemikiran bahwa kalau disini saja saya yakin terhadap Tuhan, ngapain jauh-jauh kesana, walaupun sebagai manusia biasa saya masih terus berusaha meningkatkan keyakinan itu.
Kalau para agamawan tidak ingin umatnya yakin melalui perantaraan yang lain, ya bangun dong keyakinan Tuhan menurut ajarannya masing-masing sehingga umat tidak perlu susah-susah mengantri ke PONARI untuk mencari pengobatan.
Disini tergambar bahwa umat beragama hanya memandang agama sebagai kepatutan hidup saja dan belum bisa dipakai sebagai keyakinan spiritual yang sejati, karena pada dasarnya instansi-instansi agama formal di negeri ini tidak berusaha membangun kehidupan spiritual umatnya, hanya sibuk membangun wujud fisik dan bahkan lebih suka berpolitik praktis.
Berita heboh yang masih hangat akhir-akhir ini adalah tentang PONARI, yang kata orang dukun tiban (orang pintar mendadak, pintar disini bukan pintar yg dikonotasikan ilmu pengetahuan). Secara anak ini masih sangat kecil yang bahkan baru duduk di bangku Sekolah Dasar, yang mendapat batu secara ajaib dan diyakini batu itu bisa sebagai perantara penyembuhan dari berbagai macam persoalan terutama tentang masalah-masalah penyakit. Sehingga berbondong-bondonganlah orang-orang dari berbagai penjuru kota mendatangi PONARI untuk meminta obat penyembuhan yang ternyata jumlahnya…….masya ampun….ribuan man!!!……..ribuan..gila gak??
Surprise..??, ,menganggap tolol..??, memaklumi..?? atau apakah yang ada di benak kita tentang peristiwa tersebut diatas ?
Kalau aku ditanya tentang ini, aku akan menjawab “biasa aja tuh seperti itu”.
Siapa yang kebakaran jenggot dengan kejadian ini? Ya tentu saja para agamawan dan ulama dari berbagai macam agama legal formal yang ada di negeri ini.
Bahkan Menteri agama negeri ini mulai melarang aktifitas pengobatan ini karena dikhawatirkan terjadi kemusyrikan demikian pula MUI setempat juga mengharamkannya.
Apakah ini pertanda bahwa masyarakat sudah mulai bertindak musyrik (menyekutukan Tuhan) ? Atau pertanda kegagalan iman spiritual masyarakat sedang terjadi ?
Oopss,,,. Wait…,tunggu dulu, mungkin beberapa uraian saya ada yang bisa dipakai sebagai pertimbangan.
Kita semua mungkin tahu bahwa sebagian besar orang yg datang berobat ke PONARI tidak menganggap batu maupun PONARInya sendiri sebagai TUHAN, mereka cuman menganggap PONARI sebagai perantara dari Tuhan.
Kurasa rasa yakin dan mantap terhadap Tuhanlah yang perlu dibangun oleh para agamawan/ulama2 agama legal formal supaya masyarakat dapat selalu yakin terhadap Tuhan dimanapun berada tanpa harus masyarakat merasa yakin pada Tuhan setelah berkunjung ke PONARI.
Kegagalan membangun keyakinan itulah sebenarnya kegagalan para agamawan dan ulamawan2 agama2 formal ini, dan seharusnya itu semua bisa membuat mereka malu.
Tapi jangan khawatir, tidak semua pasien yang berkunjung ke PONARI bisa sembuh karena tidak semua juga yakin bahwa dengan datang ke PONARI akan bisa sembuh, nah…kalau begitu mereka percuma datang jauh-jauh dari kampung halamannya dan yang mereka dapat cuma rasa capek mengantri,
Keyakinan terhadap Tuhan harus utuh dan tanpa ada setitikpun keraguan baru semua mukjijat pengobatan melalui perantaraan PONARI bisa terwujud.
Saya sendiri tidak tertarik untuk datang dan ikut mengantri pengobatan ke PONARI, dengan pemikiran bahwa kalau disini saja saya yakin terhadap Tuhan, ngapain jauh-jauh kesana, walaupun sebagai manusia biasa saya masih terus berusaha meningkatkan keyakinan itu.
Kalau para agamawan tidak ingin umatnya yakin melalui perantaraan yang lain, ya bangun dong keyakinan Tuhan menurut ajarannya masing-masing sehingga umat tidak perlu susah-susah mengantri ke PONARI untuk mencari pengobatan.
Disini tergambar bahwa umat beragama hanya memandang agama sebagai kepatutan hidup saja dan belum bisa dipakai sebagai keyakinan spiritual yang sejati, karena pada dasarnya instansi-instansi agama formal di negeri ini tidak berusaha membangun kehidupan spiritual umatnya, hanya sibuk membangun wujud fisik dan bahkan lebih suka berpolitik praktis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar